Kenapa diberi nama Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap  Perempuan?

Pada tanggal 25 November-10 Desember adalah rentang waktu yang cukup panjang untuk merayakan banyak sekali penindasan, ketidakadilan juga kesewenang-wenangan yang dialami masyarakat, khususnya perempuan. Kampanye ini diawali dengan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan di tanggal 25 November, dan diakhiri dengan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) di tanggal 10 Desember. Dipilihnya rentang waktu tersebut adalah dalam rangka menghubungkan secara simbolik antara kekerasan terhadap perempuan dan HAM, serta menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM.

Kenapa Seniman Bengkulu Harus Terlibat?

Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada kondisi darurat kekerasan seksual. Berdasarkan data Forum Pengada Layanan yang dirilis oleh Komnas Perempuan dalam catatan tahunan 2016, menunjukkan bahwa Kekerasan di ranah komunitas mencapai angka 3.092 kasus (22%), di mana kekerasan seksual menempati peringkat pertama sebanyak 2.290 kasus (74%), diikuti kekerasan fisik 490 kasus (16%) dan kekerasan lain di bawah angka 10%; yaitu kekerasan psikis 83 kasus (3%), buruh migran 90 kasus (3%); dan trafiking 139 kasus (4%). Jenis kekerasan yang paling banyak pada kekerasan seksual di ranah komunitas adalah perkosaan (1.036 kasus) dan pencabulan (838 kasus).

Fakta menunjukkan bahwa kekerasan seksual menempati posisi tertinggi untuk kasus kekerasan terhadap perempuan  di Indonesia, kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan catatan pendokumentasian yang dilakukan oleh Yayasan PUPA, menunjukkan kekerasan seksual tetap mendominasi yaitu berada pada angka 65% dari 275 kasus yang terjadi sepanjang tahun 2016.

Melihat kenyataan bahwa ada begitu banyak kasus kekerasan yang sangat dekat dengan masyarakat terlebih pada perempuan, kami mencoba mengajak semua kalangan untuk ikut #gerakbersama  menghapus kekerasan seksual dan #ambilbagian lewat Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan.

Kampanye ini sebagai bentuk keterlibatan seluruh masyarakat untuk menjawab ragam  kasus kekerasan terhadap perempuan juga untuk menciptakan sebuah peristiwa kesenian dengan melibatkan diri secara individu untuk mengajak lebih banyak orang untuk menjadi sahabat bagi korban-korban kekerasan  dan sekaligus mengupayakan kehadiran negara bagi mereka.

Bengkulu, September  2017

Yayasan PUPA


*aktivis perempuan dan seniman. Konsen diisu Sastra Inggris, Studi Gender, dan Sastra Perempuan


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *